Senin, 06 Juni 2011

Bermain SUDOKU


Menemukan “Pembunuh Waktu” Baru!

Pernah suatu kali, aku ditanya seorang teman, apa kegiatan “pembunuh waktu” mu di kala senggang? Spontan, aku akan menjawab, mendengar musik, atau membaca. Nah, ketika aku bertanya sebaliknya, dia menjawab “Bermain Puzzle Box” atau “menjahili teman”. Kalau pertanyaan itu diajukan sekarang, aku punya jawaban baru : SUDOKU!!

Ketertarikanku pada permainan SUDOKU berawal dari percakapan dengan seorang rekan kerja yang kebetulan adalah pimpinanku. Saat itu, waktu perjalanan dari Jakarta menuju ke Surabaya yang menghabiskan 1 jam 10 menit memang membutuhkan sesuatu yang bisa menjadi penyita waktu senggang. Ketika sedang di pesawat, rekan kerja yang kebetulan seorang Ibu paruh baya mengeluarkan sebuah buku, lalu membukanya. Posisi kami yang duduk bersebelahan memudahkanku untuk mengetahui apa yang sedang di kerjakannya. Beliau ternyata telah menandai satu halaman, lalu mulai beraksi, mengetuk jidatnya dengan pensil, lalu menuliskan angka. Rasa ingin tahuku mulai “berasap”.

“Bu, itu SUDOKU bukan?” kataku.

“Iya. Kamu tahu juga?” katanya lagi, sambil meletakkan pensil pada halaman itu.

“Tau sih bu, soalnya ada di majalah Intisari, langganan saya. Cara mainnya gimana bu? Saya penasaran! Setiap kali saya coba, saya gagal melulu. Angkanya nggak cocok terus, tabrakan dengan angka yang sama di baris atau kolom yang sama. Seharusnya ada tekniknya kan, Bu?” kataku sambil menerima buku yang diserahkan oleh Ibu itu. Wow! Aku membolak-balik isi buku itu. Semuanya berisi deretan teka-teki kotak SUDOKU, yang di beberapa halamannya telah diisi oleh Ibu Sri, nama Ibu itu.

Sebelum menjelaskan, dia membiarkan saya menikmati keheranan selama beberapa menit, sambil merebahkan kepalanya ke sandaran kursi pesawat. Setelah puas melihat-lihat halaman dan deretan kotak SUDOKU, saya menyerahkan kembali buku itu.

“Beli dimana bukunya, Bu?” tanyaku penasaran.

“Beli di toko buku di Eropa, waktu saya cuti liburan. Suami saya sampai geleng-geleng kepala. Di situ banyak sekali buku-buku tentang SUDOKU.” Kenangnya.

“Bu, sebenarnya SUDOKU itu permainan dari negara mana sih? Dan sejak kapan Ibu suka dengan SUDOKU?” selidikku.

“Dari Jepang. Konon katanya, orang-orang Jepang akan menggunakan waktu senggangnya dengan bermain angka, terutama untuk orang yang sudah pikun. Saya udah lama bermain SUDOKU, dulu diajari keponakan saya, yah..sebaya kamulah. Buat saya yang sudah tua ini, mengasah otak dengan deretan angka bisa membantu saya mengingat banyak hal. Tapi, kalau sudah pikun ya pikun aja sih sebenarnya. Paling tidak, menurut saya SUDOKU ini bermanfaat membunuh waktu senggang sekaligus untuk otak. Kalau untuk kamu, kamu bisa belajar berpikir tentang strategi.” Katanya. Selintas, terpikir bahwa SUDOKU ini buat orang pikun (hahaha…kalau teringat pikiran ini, aku sering meminta maaf dalam hati!)

“Ajari saya tekniknya ya, Bu?” pintaku penuh harap. Dan mulailah “teknik sederhana tapi susah” itu diajarkan di Pesawat!

SUDOKU: Permainan Angka dalam kotak 9×9

Setiap majalah langgananku, Intisari diletakkan di meja pada awal bulan, halaman pertama yang saya cari adalah halaman yang membahas topik “Perkara”, disusul dengan “SUDOKU”. Bagi yang berlangganan Intisari, pasti sudah tahu mengenai permainan asah otak ini, yang hanya merupakan salah satu contoh dari bentuk permainan angka lainnya, misalnya FIGJIG. Di bagian atas halaman SUDOKU pada majalah Intisari telah diberi petunjuk (clue) bagi peminatnya.

“Kotak soal SUDOKU berupa susunan kotak 9×9. Kotak soal tersebut terbagi atas sembilan kotak parsial (3×3). Beberapa angka telah diisikan pada kotak –kotak tertentu yang kami pilih. Tugas Anda, isilah kotak-kotak yang kosong dengan angka 1 – 9 (baca : satu sampai sembilan). Syaratnya, tidak boleh ada pengulangan angka dalam satu baris, dalam satu kolom dan dalam satu kotak parsial.”

Selanjutnya, jika anda berhasil, maka langsung kirimkan saja! Mudah-mudahan jawaban anda benar dan diumumkan pada majalah intisari edisi mendatang! Hadiahnya, anda akan mendapat 150 ribu pula. Simple bukan? Eitss…tunggu dulu. Tidak semudah yang dibayangkan lho! Pikirkan saja, bagaimana kita harus menyusun angka 1 – 9, tidak boleh berulang, dalam kotak 3×3 pula! Puffffhhh…..pusiiiiiiiggg! Menebak-nebak! Tapi itu dulu, sebelum saya diberikan teknik sederhana dari Ibu Sri.

Teknik sederhana Ibu Sri : Kepastian
Teknik Mengisi SUDOKU

Teknik Mengisi SUDOKU
Selama di pesawat, teknik sederhana mengisi kotak-kotak SUDOKU yang diajarkan Ibu Sri adalah :

Ke Bawah : Dari angka yang disediakan, perhatikan 3 kotak pertama dari samping kiri yang telah diberi nomor 1, 2 dan 3 (ini merupakan 3 kotak parsial) dari sebelah kiri gambar di atas. Kita mulai dari angka yang paling sering muncul dari 3 kotak tersebut, ada angka 9, 3 dan 2. Kita pilih satu angka, misalkan angka 3.

Jika : di kotak 1, angka 3 berada di kolom ke 2, di Kotak 2, angka 3 berada di kolom ke-1, maka di kotak 3, angka 3 pasti berada berada di kolom ke-3, dengan terlebih dahulu melihat kotak di samping, dimana angka 3 yang lain berada di baris 1 dan 2 dari bawah.

Ke Samping : Perhatikan kotak 3, 6 dan 9. Kita mulai dari angka yang paling sering muncul dari 3 kotak tersebut, ada angka 5 dan 2 (maaf, tertutup pena). Kita pilih satu angka, misalkan angka 5.

Jika :di kotak 9, angka 5 berada di baris a, di kotak 6, angka 5 berada di baris b, maka pastilah pada kotak 3, angka 5 berada di baris c, dan satu-satunya kotak yang tersisa adalah disamping angka 9.

Gampang bukan? Kesulitan itu akan datang bila dalam kotak yang belum terisi ada 2 kemungkinan. Berdasarkan pengalamanku yang diiyakan Ibu Sri, tingkat kesulitan SUDOKU itu ada beberapa tingkat, yang pastinya saya belum tahu (hehe..). Bagi pembaca yang sudah mengetahui banyak trik untuk memecahkan misteri angka, pastilah teknik ini sangat sederhana sekali. Tapi teknik sederhana itu jelas-jelas membantuku untuk menyukai jenis permainan angka ini. Pasti sungguh simple, bagi pembaca intisari lainnya, buktinya setiap edisi, ada saja pemenangnya dan semua misteri terpecahkan.

Terima kasih Ibu Sri, sekarang, kalau mau “membunuh waktu” di pesawat atau bandara, SUDOKU dalam majalah intisari ataupun digital ada di tasku. Bermain SUDOKU tidak perlu belajar rumus matematika, hanya perlu “strategi”.

Mau mencoba? Atau punya teknik SUDOKU lain?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar