Sabtu, 16 Januari 2010

Seorang Guru

Guruku aku kini, atas jasamu

Guru merupakan pemberi nasehat, ilmu pengetahuan, pembawa pesan sosial dan budaya kepada peserta didiknya. Penulis sendiri masih ingat bagaimana guru-guru penulis mengajar di sekolah dengan semangatnya yang tak kenal lelah, memberi kata demi kata ilmu dan pesan-pesan kehidupan yang kini terasakan. Mungkin bukan hanya penulis, kita semua memiliki pengetahuan dan kesuksesan berkat jasa para guru. Namun apa yang terjadi sekarang? Guru hanya cukup dibujuk dengan kata ”pahlawan tanpa tanda jasa” dan bahkan mungkin kita lupakan jasa mereka dan tidak pernah ingin tahu apa permasalahan mereka.

Kenyataan sekarang, guru masih kaum minoritas yang terpinggirkan kesejahteraannya dibanding profesi-profesi yang lain, padahal semua profesi atas jasa guru. Kesejahteraan guru masih minim dan kalaupun guru sudah menjadi pegawai negeri sipil, mungkin SKnya menginap di BANK untuk keperluan sandang pangan papannya. Kelahiran UU Guru dan Dosen ternyata tidak secara otomotis membuat para guru di Indonesia sejahtera. Perlu banyak proses dan tahapan untuk memperoleh kesejahteraannya, mulai dari kompetensi sampai sertifikasi. Jauh berbeda dengan profesi seorang anggota dewan yang hanya dengan ketukan palu maka gaji mereka naik berlipat ganda. Ironis memang!

Penulis pernah terlibat diskusi dengan salah seorang yang belum dikenal akrab mengenai masalah kesejahteraan guru pada sebuah acara lokakarya. Orang tersebut berkata ”bohong besar seorang guru kurang sejahtera, karena mereka masih bisa hidup dan mencukupi keperluannya”. Saya katakan ”anda berkata demikian, apa anda pernah tahu berapa gaji guru SD sampai SMA, anda tahu sebesar apa rumah mereka beserta isinya, dan anda tahu kebutuhan mereka apa saja?. ALLAH pasti selalu memberi rizki pada setiap makhluknya” orang tersebut berkata kembali ”guru selalu menuntut hak yang berlebihan, guru harusnya ikhlas”. Saya berkata kembali ” salahkah guru menuntut haknya, ketika semua kewajibanya telah dilaksanakan?. Anda pernah merasakan jadi seorang guru? ingat teman membuat orang pintar itu tidak mudah, membuat orang mengerti atas apa yang kita sampaikan juga tidak mudah. Guru adalah profesi mulia di bumi ini”. Tak banyak yang saya sampaikan ketika orang tersebut berkomentar, karna saya tidak ingin berdebat tentang hal-hal yang semestinya disadari oleh banyak orang. Di akhir percakapan saya berkata ”kita ada sekarang dengan pengetahuan yang kita miliki, bisa membaca, menulis, dan menghitung itu atas jasa guru”.

Kinipun kita hampir melupakan mereka atas semua jasanya, kini kita lupa nasehat-nasehat mereka. Kita seakan-akan putus tali silaturahmi dengan mereka atau bahkan jika bertemu pura-pura tidak kenal, karena mungkin kita sebut eks guru ketika di sekolah. Profesi guru tidak mengenal mantan, guru tetaplah guru! bila kita lebih mendekatkan diri dan menjalin silaturahmi dengan mereka, maka itu semua akan menjadikan guru lebih termotivasi lagi untuk menjalankan kewajibannya. Karena mereka merasa dihargai dan dihormati oleh para muridnya. Kenyataan sekarang para guru dihormati karena ada udang dibalik batu, sebagian siswa menghormati guru karena hanya ingin mendapat nilai tinggi dalam pelajaran. Tak terpikirkah oleh kita, bahwa ilmu akan bermanfaat apabila kita menghormati guru. Oleh karena itu, jangan salahkan guru apabila bangsa kita belum mampu menjadi bangsa yang bermartabat. Karena mungkin ketika sekolah kita semua tidak terlalu menghormati guru, sehingga ilmu yang kita terima di sekolah tidak termanfaatkan dengan baik dan tidak dapat memberi sumbangsih positif untuk bangsa ini.

Guru merupakan pelita kegelapan dan embun penyejuk bagi kita semua, kita belum tahu menjadi tahu dan bahkan mengerti untuk apa kita hidup. Tentang pentingnya arti guru, pada perang dunia II ketika Hirosima dan Nagasaki di bom atom, Kaisar Jepang pada waktu itu berkata ”dimana para guru? dan tinggal berapa para guru yang tersisa?”. Apa yang terjadi sekarang? Jepang bangkit dan menjadi negara besar, karena jepang menjadikan guru dan pendidikan sebagai dasar membangun negerinya. Seandainya kita lebih peduli tentang arti pentingnya guru, kemudian memberikan sumbangsih positif kita pada mereka, niscaya pendidikan kita akan menjadi lebih baik. Karena mungkin guru akan lebih konsentrasi mentransformasikan pengetahuannya pada SDM masa depan tanpa harus di bebani oleh masalah kehidupannya. Wahai para guruku! Terima Kasih atas sumbangsihmu padaku. Aku kini, atas jasamu!

Terima kasihku ku ucapkan

Pada guruku yang tulus

Ilmu yang berguna selalu dilimpahkan

Untuk bekalku nanti

Setiap hariku dibimbingnya

Agar tumbuhlah bakatku

Kan ku ingat selalu nasehat guruku

Terima kasihku guruku

Menilik generasi kini

SDM kita sekarang ternyata berbeda dengan tempo doeloe, seiring dengan pesatnya arus informasi dan teknologi mereka telah berubah. SDM kita sudah banyak yang terjebak gelombang globalisasi dunia, mereka kini tahu apa itu Narkoba dan berani mencobanya. Kini mereka mengikuti trennya orang-orang barat dengan pergaulan bebasnya, belum lupa di benak kita kasus seorang siswa dan siswi SMA di cilegon. Ini hanya yang terlihat, mungkin masih banyak generasi kita yang terjerumus dalam pergaulan bebas ini. Jika dulu orang tua kita pacaran hanya sebatas surat-menyurat dan ngapel malam minggu, kini mereka lebih suka jalan-jalan ke pantai Carita atau pantai-pantai lain yang terlihat sepi atau jauh dari keramaian. Untuk apa dan apa yang mereka perbuat? Kita tertegun dan bahkan meringis. Generasi kita kini lebih senang nongkrong di mall dan nonton film di twenty one daripada membaca buku di perpustakaan. Generasi kita lebih suka nonton sinetron daripada belajar mengulang pelajaran. Karena mungkin sinetron remaja lebih banyak daripada tayangan pendidikan. Generasi kita lebih suka baca tabloid daripada buku pelajaran. Generasi kini telah berubah!.

Namun apa yang telah kita lakukan?. Tidak banyak yang telah kita lakukan, kita hanya tahu derasnya globalisasi tanpa memperhatikan dampaknya terhadap generasi masa depan. Derasnya arus globalisasi memang tidak mampu dibendung dan tidak bisa dihentikan, namun kita bisa berusaha agar arus tersebut jangan sampai menenggelamkan generasi kita.

Apa yang harus kita lakukan sekarang?. Semua yang terjadi pada generasi kita sekarang merupakan tugas kita bersama, bukan hanya sekolah. Penanaman nilai moral dan agama merupakan salah satu solusi yang harus dilakukan. Ini merupakan salah satu tugas terbesar pendidikan. Pertama, sekolah jangan hanya tempat berlangsungnya transformasi pengetahuan, sekolah kini harus menjadi tempat terbaik bagi siswa untuk belajar. Belajar yang berfokus pada penanaman nilai moral dan agama pada generasi masa depan bangsa ini. Sekolah harus lebih ketat pengawasannya terhadap perkembangan peserta didiknya. Mungkin salah satunya telah dilakukan baru-baru ini, yaitu melakukan tes urine kepada siswa. Kegiatan ini juga harus dilakukan ketika pertama kali siswa mendaftar ke sekolah, sehingga penekanan ini akan membuat siswa berpikir untuk tidak mengkonsumsi narkoba. Pesan moral harus terus disampaikan para guru pada setiap peserta didik ketika proses pembelajaran. Kedua, orang tua harus lebih peduli dan mengawasi gerak- gerik anaknya. Orang tua harus menjadi teman terbaik dan jelas orang tua terbaik. Siapa pewaris bangsa ini kelak? Ya, generasi sekarang yang masih sekolah di setiap satuan pendidikan.

Produk yang berkualitas hanya dapat dihasilkan secara konsisten oleh proses yang berkualitas. Produk dan proses yang berkualitas hanya dapat dilaksanakan oleh tim berkualitas. Tim yang berkualitas hanya akan tercipta jika semua elemen mempunyai komitmen yang baik dalam mencapai produk berkualitas. Sama halnya dengan generasi masa depan kita yang ingin kita bentuk dan menjadi generasi berkualitas. Generasi berkualitas hanya dapat diciptakan oleh sebuah proses pendidikan berkualitas, sebagai miniaturnya adalah sekolah. Proses pendidikan berkualitas akan terlaksana apabila seluruh elemen sekolah baik kepala sekolah, guru, dan seluruh stafnya berkualitas dan secara konsisten mempunyai komitmen membangun kerjasama menciptakan generasi berkualitas.

Masih belum terlambat untuk itu semua, kita mampu melakukannya mulai saat ini. Kita semua bisa!. Mari mulai memikirkan generasi bangsa ini yang mulai terkikis oleh globalisasi dunia, kita ciptakan generasi masa depan yang berkualitas yang punya kompetensi dan daya saing. Penulis belum dapat menuangkan ide program atau kebijakan yang perlu diambil dalam mengatasi masalah generasi kita. Namun penulis yakin banyak orang yang lebih pintar dari penulis dan mampu merumuskan solusi yang terbaik. Mari mulai mengingat jasa para guru sebagai orang yang sangat berperan menciptakan generasi bangsa melalui proses pembelajaran di sekolah. Mari hargai mereka, mari hormati mereka. Education for all.


***Sekilas tentang penulis,
Amrin Nur, Alumni Matematika FKIP yang kini "kabur" dari dunia pendidikan. Kini bekerja di harian Radar Banten

Tidak ada komentar:

Posting Komentar