Jumat, 22 April 2011

Hari Kartini 2011


MELIHAT anak—anak sekolah dasar berjalan mengenakan kebaya sebagai pakaian kebesaran di hari Kartini Kamis, 21 April 2011, saya memetik beberapa keunikan tersebut dalam kaca mata nasionalisme. Tentunya menurut saya.

Saya melihat perayaan kartini hanya menjadi sebuah perayaan pakaian saja. Terlihat dari kemeriahan kebaya dan pakaian daerah yang melekat di tubuh para murid tersebut. Saya heran dengan anak sekarang. Mari kita telaah sebentar tentang Kartini.

Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Dia adalah putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Kartini adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwono VI. Hal tersebut terlihat dari silsilah Kartini yang tersimpan di sebelah kiri pintu masuk museum Kartini di dekat alun—alun Jepara, jika kita berkenan mengunjunginya.

Melihat silsilah Kartini tersebut, maka kita bisa menyimpulkan beberapa keadaan yang dulu dialami oleh Kartini. Pertama, Kartini adalah orang yang kaya bahkan lahir dari golongan bangsawan. Tapi dia adalah sosok yang rendah hati dan mempunyai semangat tinggi. Semangat belajar yang dimiliki oleh orang—orang yang merasa kurang. Namun, semangat Kartini itu telah hilang. Saat ini, orang kaya atau orang tuanya kaya raya pasti lebih memilih malas-malasan dirumah dari pada belajar dan mengais ilmu. Beda dengan rakyat yang serba pas-pasan. Kalangan bawah ini pasti akan semangat dalam mencari ilmu karena akan mempengaruhi masa depan mereka nantinya.

Kedua, Kartini adalah sosok yang piawai dan cantik parasnya. Jika kita pernah membaca buku Panggil Aku Kartini Saja, karya Pramoedya Ananta Toer. Siapa saja yang tak lahir di masanya pasti beranggapan akan kecantikannya. Bukan masalah fisik, tentunya cantik dalam budi pekerti. Kartini sangat santun dalam bertutur kata.

Kartini sekarang harus lebih bisa menjaga dan merawat. Mungkin beberapa hal tersebut adalah ungkapan saya tentang hilangnya sosok Kartini jaman sekarang. Banyak anak orang kaya tapi tidak memanfaatkan kekayaannya untuk mencari ilmu. Banyak perempuan cantik tapi sombong pada dasarnya. Mungkin sedikit yang mengalaminya dan memaknai Hari Kartini. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar